BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Sungguh pun ada orang
yang mengkaitkan lahirnnya geografi sebagai ilmu dengan munculnya karya
Varenius pada pertengahan abad 17 (tahun 1650), kebanyakan ahli memandang bahwa
geografi muncul sebagai ilmu dalam abad 19 adan dikaitkan dengan nama Humboldt
dan Ritter. Berdasarkan lingkup kajian, sasaran studi, dan cara kerjanya,
perkembangan geografi dapat dibagi atas tiga fase atau masa-masa pertumbuhan.
Geografi pada zaman Yunani, masa-masa abad pertengahan Eropa dan masa-masa renaisan lazim diesbut geografi
klasik, yang dapat dipandang sebagai masa prailmu. Fase pertumbuhan berikut
ditandai dengan munculnya geografi sebagai ilmu yang disebut juga geografi
modern. Meskipun banyak ahli mengkaitkan nama Humboldt dan Ritter, tidak semua
orang sepakat mengenai sejak kapan secara formal geografi sebagai ilmu lahir.
Seperti diutarakan dalam bab sebelumnya, ada yang memandang tahun meninggalnya
kedua took itu (sama-sama meninggal tahun 1859) sebagai akhir periode klasik.
Sementara yang lain mengaitkan munculnya geografi sebagai ilmu dengan dibukanya
jurusan geografi pertama kali di Universitas di Berlin pada tahun 1820 dengan
Ritter yang diangkat sebagai guru besar pertamanya.
Fase pertumbuhan
paling akhir dimulai sekitar 1960-an dan 1970-an ketika timbul
kecenderungan-kecenderungan baru dalam kajian geografi yang menampilkan
geografi masa kini (contemporary geography) atau geografi mutakhir, yang
oleh sejumlah orang disebut juga sebagai geografi baru. Masa pertumbuhan yang
paling akhir dikaitkan dengan nama tokoh-tokoh yang memelopori pendekatan
kuantitatif dan analisis keruangan seperti McCarty, Hagget dan Chorley, serta
juga yang mempelopori analisis system dalam geografi (Chorley, McDaniel, Eliot
Hurst dan Harvey).
B. Rumusan Masalah
- Bagaiman perjuangan para tokoh sehingga bisa berkembang menjadi geografi modern ?
- Apa pengaruh perkembangan geografi modern dan mutakhir pada zaman sekarang ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perjuangan para tokoh dalam perkembangan geografi
modern dan mutakhir.
2. Untuk mengetahui bagaiamana pengaruh perkembangan geografi modern dan
mutakhir.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Tokoh-Tokoh Awal
Geografi Modern (Abad ke-18)
1.
Immanuel
Kant
Geografi diberi dasar-dasar filsafatnya. Toko Jerman ini
berpendapat bahwa semua pengetahuan itu dapat dikategorisasikan menjadi tiga
kelompok. Pertama, ilmu-ilmu sistematis, misalnya: botani, mestudi
tumbuhan, geologi menstudi kulit bumi, sosiologi menstudi masyarakat keolompok.
Yang distudi masing-masing adalah kenyataan. Kedua, ilmu-ilmu historis,
yang distudi adalah fakta-fakta dalam relasinya dengan waktu, misalnya sejarah,
prasejarah, sejarah geologi. Ketiga, ilmu-ilmu geografis yang obyek
studinya adalah benda-benda, hal-hal atau gejala-gejala yang tersebar di dalam
ruang, misalnya:geografi dan kosmografi.[1]
Kosmografi yang dikategorikan oleh
Kant dalam kategori ketiga
Pikiran Kant dioper
oleh Alfred Hettner, geograf Jerman abad yang lalu dan kemudian juga oleh
geograf Amerika, Richard Hartshorn, yang menulis buku The Nture of Geography
(1939). Tentang sumbangan Kant kepada geografi diperlukan uraian angka panjang
bahwa ia bukanlah seorang tokoh lapangan, keahliannya lebih di kamar studi dan
mimbar kuliah. Itu semua karena berkat ketajamannya dalam menstudi filsafat dan
perhatiannya yang mendalam kepada geografi fisis. Karena itulah maka
sumbangannya lebih bercorak filsafat, khusunya yang menyangkut hakikat geogrfi
dalam hubungannya dengan ilmu-ilmu alamiah.[2]
Menurut Kant penegtahuan manusia itu diawali oleh kegiatan akal
murni, melalui inderanya. Persepsi indra dibagi dalam dua macam, yakni indra
batiniah dan indra lahiriah. Berkat dua jenis pengetahuan itu manusia
memperoleh pengetahuan empiris tentang dunia. Dunia sebagaimana dipersepsi oleh
indra batiniah adalah jiwa dan manusia, yakni diri sendiri. Adapaun dari
persepsi oleh indra lahiriah alam.[3]
Ilmu yang
mempelajari manusia adalah ilmu manusia dalam arti ilmu jiwa. Adapun alam
dipelajari oleh geografi alam atau uraian bumi. Dengan demikian, maka geografi
fisi itu pertama-tama adalah suatu pengetahuan tentang dunia dan ini berfungsi
sebagai dasar bagi pemahaman dunia selanjutnya dunia melalui persepsi.
Mengingat bahwa pengalaman seseorang itu terbatas oleh waktu dan
ruang, diperlukanlah kelengkapan pengalaman-pengalaman dari orang lain.Cara
mendapatkannya harus melalui teknik cerita dan uraian. Dengan demikian, manusia
membutuhkan sejarah dan geografi.[4]
Dalam memahami alam diperlukan sejarah alam dan uraian alam. Dalam hal ini geografi fisis menyajikan
sejarah permukaan bumi dan dari situ dapat diuraikan aspek-aspek lain dari
geografi yang menurut Knat jumlahnya ada lima, yaitu:
·
Geografi
matematis yang menelaah bentuk, ukuran, dan perputaran bumi serta posiinya
dalam sistem matahari.
·
Geografi
moral yang menelaah berbagai adat kebiasaan dan tabiat manusia di berbagai
negri.
·
Geografi
politik yang menelaah relasi antara unit-unit politis latar belakang alamnya
masing-masing.
·
Geografi
perniagaan yang menelaah mengapa negri tertentu memiliki komoditi khusus
sehingga terlibat dalam pernigaan dunia.
·
Geografi
teologis yang menelaah sejauh mana latar belakang alam menjadikan bentuk-bentuk
ibadat lahiriah yang berlainan di berbagai negri, padahal agamanya sama.[5]
2.
Alexander
von Humboldt (1769-1859)
Ia membentuk isi pengetahuan geografi menjadi ilmiah benar. Humboldt
adalah ahli geografi karena petualangannya mengelilingi benua-benua, khususnya
Amerika tropika, ia sekaligus seorang ahli kosmogrofi pula. Dengan
pengalamannya semua itu ia melihat relasi yang jelas antara gejala sosial dan
latar belakang alamnya. Ia menuliskan buku Cosmosyang memperkenalkan
pembagian zona berdasarkan suhu secar vertikal dan istilah isotherm. Dalam
mempelajari budaya manusia ia melihat kemiripan evolusi antara penduduk asli
Amerika dan yang ada di Asia. Deskripsi geografinyayang khusus adalah tentang
negri Kuba dan Meksiko.[6]
Dari berbagai
obervasinya terhadap gejala-gejala alam Humboldt akhirnya sampai kepada ilmu
geografi. Meskipun berlainan latar belakang studi dan pendekatan telaahnya,
konsepya tentang geografi pada dasarnya sama dengan tokoh Ritter. Dalam karya
tulisnya pertama yang berjudu Flora Fribergenesis, Humboldt membicarakan
batas-batas yang ada di antara ilmu-ilmu pengetahuan dan membaginya atas tiga
golongan, yaitu:
·
Physiographie(ilmu alamiah yang sistematis).
·
Naturgeschicte(sejarah alam) dengan tekanan pada perkembangan segla hal dalam
waktu.
·
Geonesie
oder Weltbeschreibung(uraian tentang
bumi atau dunia) yang mebahas persebaran spatial. Bagi Humboldt geografi
itu sinonim dengan geografi fisis, menguraikan tentang aspek-aspek planet bumi.
Adapun yang menguraikan aspek keantraiksaan dengan planet-planet lain di luar
bumi disebutnya uranographie, yakni apa yang sekarang disebut astronomi
atau ilmu falak deskriptif.[7]
Uranographie
Seperti Kant, ia pun memisahkan
sejarah alam dari geografi fisis dari dunia. Memang dua tokoh Jerman itu
sebagai anak dari zamannya mencerminkan ekspresi filsafat abad ke-18. Gagasan
dari filsuf Spinoza tentang kesatuan hidup dalam alam telah diwariskan kepada
filsuf Fichte, Shelling, dan Hegel. Selanjutnya ini terasa jelas dalam
puinsinya Goethe dan Schiller. Adapaun tulisan Humboldt dalam buku Cosmos:
untuk membentuk kesatuan relasi kehidupan di alam (termsuk manusia) permukaan
bumi bumi yang bersifat anorganis ini harus diselidiki. Perhatian saya akan
selalu saya arahkan pada observasi atas harmoni di antara berbagai kekuatan
alam dengan tujuan agar temukan realitas pengaruh manusia atas dunia hewan dan
tetumbuhan.[8]
3.
Carl
Ritter 1779-1859)
Ia mementingkan studi terhadap geografi regional. Setelah
mengunjungi bebrapa negri Eropa, ia menulis buku berjudul Die Erdkunde yang dilengkapilagi dengan jilid kedua
mengenai Asia. Ia melihat bumi sebagai tempat tinggal manusia. Ia melihat bumi
sebagi tempat tinggal manusia. Ia membagi permukaan bumi atas wilayah-wilayah
alami yang pada umumnya berdasarkan morfologinya. Kemudian diperiksa makna masing-masing
unit bagi masyarakat manusia yang bertempat tinggal di situ. Makna disini
memang kata yang tepat, karena Ritter adalah seorang yang bertakwa. Ia berpaham
bahwa Tuhan telah menciptakan bumi ini sebagai suatu sekolah latihan bagi umat
manusia, sehingga dari taraf kehidupan yang liar manusia mampu meningkatkan diri
menjadi manusia yang luhur secara spiritual.[9]
Ia juga
mempelajari kemauan peradaban kuno umat manusia di Lembah Sungai Nil dan
Efrat-Tigris. Kemudian ditulisnya tentang peradaban Yunani dan Romawi. Akhirnya
proses pergeseran peradaban yang bergerak pindah ke Eropa Brat Laut setelah
Lutan Tengah selesai tugasnya sebagai lautan dunia. Ritter mendapat kritik tajam
pada masanya karena dipandang mencaupadukkan filsafat Kristen tentang kehendak
Ilahi dengan ilmu.Penelitiannya yang obyektif seharusnya sesuai dengan tuntutan
zamannya. Apabila orang tidak memperhatikan pendekatan teleologis (yang
bertalian dengan tujuan sesuatu) maka masih akan tersisa hal yang bermakna
yakni geographic insights. Ritter selalu bercita-cita memandang atau
menujukkan setiap bumi yang individual sebagai suatu keutuhan, sebagai suatu
unit wilayah yang berisi unsur-unsur yang interelasinya bersifat kompleks.[10]
Peta peradaban Yunani dan Romawi
Begitu menarik metodenya
itu sehingga gagasannya dalam studi geografi menjadi model bagi penyajian
uraian wilyah. Pengaruh Ritter juga terasa hanya di bidang pengajaran metode
geografi pada zamannya. Periksalah sejauh manusia dengan senjata teknologinya
(peralatan materialnya) beradaptasi terhadap lingkungan alam dan memanfaatkan
habitat sebaik-baiknya.[11]
B.
Geografi pada Akhir Abad ke-19
Sejak pertengahan abad ke-19kemajuan di bidang pemgetahuan alam dan
hayat menarik perhatian mesyarakat. Geografi dengan sendirinya mengutamkan
pendalaman studi atas aspek alam seperti iklim, dunia tumbuhan, dan hewan serta
bentang alam (bidang geomorfologi). Kegiatan membuka daerah-daerah baru di
Amerika Serikat mendorong keinginan orang untuk meneliti arti lingkungan alam
dan sumber daya bagi pemukiman-pemukiman baru.[12]Tokoh-tokoh
yang berpengaruh antara lain sebagai berikut.
1.
Antropogeografi
dari Ratzel (1844-1904)
Frederich Ratzel mendalami studi tentang pengaruh lingkungan fisis
terhadap pengaruh lingkungan fisis atas kehidupanmanusia. Menurut dia, manusia
adalah ciptaan alam belaka dnegan cara yang sesuai dengan paham adaptasi
manusia dan kemenagan si kuat menurut paham Darwin.[13]
Ia juga mempelajari antropologi yang mengajarkan bahwa manusia juga
dibentuk oleh lingkugan budayanya. Ia memberi tekanan tentang uraian pesebaran dan
kepadatan penduduk, bentuk-bentuk pemukiman, migrasi bangsa, dan persebran
budaya. Di situ ia mengakui pengaruh dari faktor historis-kultural di samping
yang dari alam. Tetapi sebelum itu Ratzel dalam memandang manusia yang menghuni
bumi ini, ia benar-benar sebagai seorang naturalis.[14]
Ratzel peka sekali
pada adanya hubungan yang beraneka yang serba rumit di antar manusia dan
topografi wilayah, ketinggian temapt, iklim setempat serta vegetasi yang
dominan. Ia membahas bagaimana tersebarnya manusia dimpermukaan bumi dengan
diatur oleh kekuatan-kekuatan alam.Ia menguraikan kenyatan persebaran tersebut.
Kemudian ia juga menyajikan interelasi gejala di permukaan bumi.[15]
Tabel
antropogeografi dari Ratzel
Pengaruh
Ratzel di Amerika Serikat
Ia
melihat bumi sebagai suatu keutuhan yang integral, artinya suatu kesatuan yang memuat
hubungan timbal balik. Ratzel memandang manusia sebagi produk akhir dari
evolusi yang bersumber pada seleksi alam di kalangan jenis-jenis makhluk. Sehubungan
dengan penyesuaian diri mereka dengan lingkungan alam. Ratzel cenderung melihat
manusia sebagai produk lingkungan yang dicetak berbagai kekuatan alam yang
mengelilinginya, dan manusia hanya akan lestari apabila bentuk-bentuk
adaptasinya tepat.[16]
Pengaruh paham
nature determinisme dari Ratzel diteruskan muridnya, nona E. C Semple ke
Amerika Serikat. Bukunya menyangkut yang kuat oleh alam atas sejarah manusia. Antar
masa 1903-1930 geografi terbagi menjadi dua, yakni geografi fisis yang obyek
studinya adalah permukaan bumi dan geografi manusia yang berobyek relasi
manusia-alam. Sebutan faktor geografis
dan pengaruh geografis amat populer. Bedanya yang terdahulu mencakup khusu
iklim, relief, dan air tanah. Yang kedua di samping yang geografis mencakup
pula anek agen lain yang nonfisis yang ikut menciptakan watak wilayah.[17]
Geografi
Fisis
2.
Richthofen
dan Hettner
Geografi harus menjadi suatu ilmu khorologis. Adapun khorologi
bertugas mengerti interelasi antara alam dan manusia yang memberikan watak pada
tempat. Murid Richthofen, Hettner (1859-1941) melanjutkan usaha gurunya dan
mengarahkan studi geografi kepada selbuk-beluk wilayah, meniru yang di Amerika
disebut cultural geography dari
tokoh Carl Sauer.[18]
Hettner yang
diangkat menjadi guru besar sejak tahun 1895 banyak menulis artikel di berbagai
majalah ilmiah. Kemudian pada tahun 1927 itu dibukukan berjudul Die
Gographie, ihre Geschichte, ihr Wesen und ihre Methoden. Menurut dia,
geografi itu bukanlah suatu ilmu yang umum tentang bumi, melainkan ilmu
kronologis tentang permukaan bumi. Geografi terutama menelaaah permainan alam
bersama manusia dan di samping menilai hubungan keruangan. Tujuan utama dari
geografi adalah menelaah wilayah untuk
diterangkan secara analitis dan sintetis.[19]
Pembatasan
wilayah-wilayah merupakan salah satu masalh dala geografi, sedang observasi
lapangan merupakan dasar bagi pendekatan geografis. Hettner membedakan antara
geografi umum dan geografi khusus atau geografi wilayah. Yang pertama itu
membicarakan secara sistematis persebaran aneka gejala geografis di dunia ini,
sedangkan yang kedua menerangkan konsep wilayah geografis.[20]
Tata kerja yang dipeloori
Hettner kemudian banyak ditiru oleh para geograf modern, yakni tentang
deskripsi dan penjelasan itu. Adapun hal
yang dirasakan kurang adalah yang berupa perencanaan di dalam telaah geografis.[21]
C.
Geografi Abad ke-20
Pendekatan Sosial Budaya
Kini meskipun orang membahas topik dalam geografi alam, misalnya
iklim atau relief, selalu itu dihubungkan dengan kehidupan manusia, sehingga
dapat dikatakan bahwa geografi mempelajari bumi sebagai tempat tinggal manusia.[22]
Bagi para environmentalist geografi sepantasnya menstudi bagaimana alam mensyarati bahkan
menetukan perilaku manusia.[23]Tokoh-tokoh
yang berperan antara lain:
·
George
P. Marsh, mengatakan bahwa manusialah yang membentuk rumahnya, yakni permukaan
bumi.[24]
·
Ratzel,
menunjukkan semangat manusia serta alat-alat yang dipakainya banyak bertalian
langsung dengan habitatnya.[25]
·
Vidal
De La Blache(1845-1918), pendiri aliran modern dalam geografi di negri
tersebut, mengoreksi determinisme lingkungan. Menurtunya, bumi tidak mendiktekan
perilaku manusia. Bumi hanya sekedar menawarkan berbagai kemungkinan, sedangkan
manusialah yang menetukan pilihannya. Karena dalam melawan paham environmental
determinisme dari Ratzel, ia sering mengajukan istilah environmental
possibilities, maka kemudian pahamnya ini disebut oleh para penganutnya possibilisme.[26]
Geografi Budaya
Cultural geography inimencakup
topik-topik seperti bentuk pemukiman, tipe rumah, sebaran agama, bahasa,
teknologi, ternak, dan tanaman. Cari Sauer dari Amerika (1889-1975) mempelopori
studi tentang itu. Cultural geography menstudi aspek material dari
budaya yang memberikan corak khas kepada suatu region, terutama pada kenampakan
landscape-nya.Landscape ini berisi kekhasan dalam hal faktor sosial
ekonomi seperti ideologi, adat, hukum, perdagangan, dan sebagainya. Menurut
alirancultural geography, bumi sebagai home of man membutuhkan
terus menerus pengubahan demi kerasnya manusia disitu. Ini nampak sekali dalam
kehidupan kota dimana kata keruangan terus saja ditingkatkan. Jelaslah bahwa
manusia itu suatu active agent, sedangkan bumi itu passive agent
belaka.[27]
Geografi Agama
Geografi agama
bukan hanya menelaah pengaruh ruang atas agama-agama dan gejala-gejala kegamaan
pada umunya, tetapi juga sebaliknya, yakni pengaruh agama dan gejala keagamaan
atas tata ruang. Orang menduga bahwa agama dipengaruhi oleh matahari, bulan dan
bintang, peredaran musim, air dan padang pasir, vulkanisme, gejala-gejala
atmosferis (angin, suhu, hujan, halilinta, guntur) serta dunia hewan dan
tetmubuhan. Ide-ide di dalam agama etis dipengaruhi oleh ruang geografis,
sehingga mewarnai bentuk-bentuk oragnisasinya dan persebarannya di permukaan
bumi.[28]
Tokoh-tokoh yang berpengaruh antarlain:
·
Motesque.
Iaterkenal dengan gagasannya bahwa agma monotheistis dilahirkan oleh kondid
tepi-tepi gurun pasir yang alamnya monoton.[29]
·
Deffontaines.
Ia membicarakan lima pokok, yaitu agama dan geografi tempat kediaman, agama dan
penduduk, agama dan eksploitasi, agama dan lalu lintas, agama dan jenis-jenis
kehidupan.[30]
Geografi di Rusia
Para geograf Marxis pada dasarnya menolak geografi manusia. Pada
awalnya itu mepunyai pertalian erat dengan determinisme geografis yang
menekankan relasi antara individu dan lingkungan alam. Menurut azas dogma
marxisme manusia secara sadra atau tidak
sadar tidak dapat diubah oleh lingkungan alam. Bagi kaum Marxis faktor-faktor
dominan yang dapat mengubah manusia adalah organisasi sosialnya. Tokohnya yaitu
Clarke yang berpendapat bahwa aspek-aspek produktif dari penduduk paling
penting dalam menetukan persebaran penduduk, dan karena itu maka geografi
kependudukan harus masuk ke dalam wilayah geografi ekonomi.Geografi
kependudukan ternyata mencakup pula geografi kota, pedesaan, pertania, sejarah
kependudukan, kesuskuan, serrta geografi perburuhan.[31]
Di Rusia, geografi kependudukan penting sekali fungsinya untuk
perencanaan kota dan perencanaan wilayah.[32]
Geografi Ekonomi
Tokohnya adalah H. Robinson. Di dalam bukunya yang berjudul Economic
Geography (1979) mendefinisikangeografi ekonomi dengan demikian: Ecinomic
geography is concerned with the ways and problems of making a living and with
spatial interaction. Jelaslah dari situ bahwa poko-pokok yang dibahasnya
mencakup bentuk-bentuk perjuangan hidup manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan
materilnya dengan berbagai masalhanya, tetapi kesemuanya itu tadi di dalam
kerangka interaksi keruangan. Jika diperinci lebih lanjut, maka geografi
ekonomi membicarakan hal-hal seperti eksplorasi SDA bumi oleh manusia, produksi
dari komoditi, usaha transportasi, distribusi dan konsumsi. Adapun definisi geografi modern sendiri adalah
pengetahuan yang eksak dan sistematis tentang persebaran serta penataan gejala
di permukaan bumi.[33]
Adapun isi geografi perdagangan, yaitu produksi, transportasi dan
pemasaran komoditi. Geografi ekonomi bukanlah telaah yang mati atau statis
karena kondisi di dunia ini yang selalu berubah dibahasnya mengikuti
perkembangan yang berlangsung. Bagian besra dari pokok-pokoknya diambilkan dari
perubahan baik yang berlaku di bidang perindustrian di dunia maju maupun di
bidang agraris di dunia berkembang.[34]
D.
Geografi Mutakhir
Tiga gejala perkembangan
Tokohnya adalah Minshull (1970). Pertama, jenis bidang khusus yang
distudinya bertambah, misalnya sampai muncul geografi agama dan geografi
penyakit sebagai spesialisai baru. Kedua, dalam menganalisa masalah lebih
diberi tekanan pada kausalitas dan hubungan. Ketiga, dalam menelaah fenomena
lebih diutamakan dimananya itu terdapat (jadi bukan bagaimana dan mengapanya).[35]
Sementara ini
jumlah geograf terus bertambah. Tujuan praktis geografi memang semakin nyata,
yakni khususnya untyk perencanaan sosial dan ekonomi. Bersama para planolog,
geograf juga menyiapkan masyarakat untuk masa depannya, khususnya yang
bertalian dengan tata guna tanah. Memang telaah geografi sifatnya multidimensional,
ada sintesisnya yang historis dan kontemporer, ada pula yang melalui hubungan spatial
atau interaksi spatial.[36]
Interaksi spatial kota
Definisi-definisi geografi
berdasarkan tugas telaah
Tokoh-tokoh yang berpengaruh antara lain:
·
James,
ia menulis bahwa tugas geografi yeng bertalian dengan ruang menulis. Tugas
geografi yang khusus adalah menegmbangkan teori tentang relasi keruangan di permukaan
bumi dan menguraikan perubahan yang ada, pernah ada, dan akan ada dari aneka
gejala yang menenpatinya.[37]
·
Manshull,
menemukan 12 obyek material geografi. Geografi adalah studi mengenai bentang
alam, tempat, ruang, pengaruh alam atas mantisia, kovarisi pola wilayah, lokasi,
kombinasi gejala di permukaan bumi, sistem alam-manusia, sistem manusia-alam,
relasi dan resiprositas (hubungan timbal balik) dalam ekosistem, ekologi
manusia, dan perbedaan wilayah serta antarhubungan gejala di permukaan bumi
yang penting bagi manusia.[38]
·
Bochert,
ia menulis The basic intellectual problem which has motivated geographical study
is the need to see one self in perspective within the canging patterns of man
resources and activities on teh surface of the earth.[39]
·
Chapman,
ia menulis dalam rangka bertahan lestari mausia itu ingin tahu tentang hal-hal
yang meyangkut perkembangan sejarahnya sendiri hingga kini, dan hakikat dari gejala alam serta sosial
yang mngelilinginya.[40]
Hubungan timbal balik alam dengan manusia sehinga mebentuk suatu
ekosistem
Geografi baru: Impian dan kenyataan
Perubahan yang sekarangterjadi di dalam geografi didorong oleh rasa
tidak puas terhadap geografi lama. Tokohnya adalah Clava, geograf asal
Perancis. Ia menulis geografi lama itu sifatnya retrospektif, sedangkan yang
kita inginkan itu prospektif. Yang lama berorientasi dengan masa lampau dan
tata kerjanya serba ideogratis yang artinya menguraikan. Yang dikehendaki
sekarang adalah geografi yang nomotetis, artinya mampu menemukan hukum-hukum
dan gejala-gejala yang ditelaah. Dengan demikian, geografi mampu meramalkan isi
masa depan. Untuk sampai ke situ, geografi diharapkan mampu menemukan tempatnya
yang layak di dalam lingkungan ilmu-ilmu sosial. Caranya yaitu melaui usaha yang
lebih memperhatikan aspek-aspek sosial dari relasi manusia dengan lingkungan. Sehubungan
ini harus banyak mengoper pemikiran-pemikiran yang terdapat di dalam sosiologi
dan ekonomi.[41]
Geografi mengahadapi
pihak-pihak yang merestui pembaruan dan yang menolaknya. Mereka meragukan
manfaat geografi baru yang bersifat prospektif itu tidak akan lenyapnya hak
hidup geografi jika dipakai metode-metode pinjaman dari ilmu lain. Geografi
baru harus ada, tetapi ini tidak berarti bahwa harus dilenyapkan warisan
gagasan yang berharga dari yang lama dalam menyusun seluk-beluk tata kerjanya
yang baru.[42]
Sistem Informasi Geografi yang popular saat ini
Tokoh tokoh geografi mutakhir
1.
Preston E.
James
Pada tahun 1952 menampilkan pengertian `region` dan menunjukkan bahwa
konsep regional merupakan inti kajian geografi juga mendapat kecaman pedas.
Pandangannya yang konvensional dipandang sudah ketingalan zaman. Orang mulai
meragukan konsepsi geografi sebagai pengetahuan korologi yang sasarannya
mempelajari wilayah-wilayah yang bersifat unik.
2.
Schaefer
Di samping kemudian McCarty dan
Garrison yang merupakan pengecam-pengecam paham regional, mencetuskan
pernyataan-pernyaatn programatis mengenai analisis keruangan. Schaefer yang
merupakan penganut postivisme ilmu memandang bahwa geografi yang memusatkan
penelitiannya pada region-region yang unik menggambarkan metodologi ilmu yang
sistematis yang menyimpang. Menuruntnya, setiap disiplin pada dasarnya mengkaji
secara mendalam makna tertentu dari objek-objek yang unik, akan tetapi adanya
keunikan tidaklah menjadi alasan untuk tidak memungkinkan orang merumuskan
hukum-hukum.
3.
E.
A. Wrigley (1965)
Ia mengemukakan pendapatnya bahwa semua metode analisa dapat
digunakan dalam kajian geografi selama analisa tersebut mampu menyelesaikan
permasalahan yang terjadi. Wrigley juga berpendapat bahwa geografi adalah
disiplin ilmiah yang berorientasi pada masalah (problem oriented) dalam
mengkaji interaksi antara manusia dan lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Daldjoeni.
1982. Pengantar Geografi. Yogyakarta: Penerbit Ombak
[1]).Drs.
N. Daldjoeni, Pengantar Geografi
(Yogyakarta, Penerbit Ombak (Anggota IKAPI), 2014), hlm 65.
[5]).
Ibid.,
hlm. 67.
[6]).
Ibid.
[7]).
Ibid.,
hlm. 68.
[8]).
Ibid.
[9]).
Ibid.,
hlm. 69.
[10]).
Ibid.,
hlm. 69.
[11]).
Ibid.
[12]).
Ibid.,
hlm. 70.
[13]).
Ibid.,
hlm. 72.
[14]).
Ibid.
[15]).
Ibid.
[16]).
Ibid.,
hlm. 73.
[17]).
Ibid.,
hlm. 74.
[18]).
Ibid.
[19]).
Ibid.,
hlm. 75.
[20]).
Ibid.
[21]).
Ibid.
[22]).Ibid.
[23]).
Ibid.,
hlm. 76.
[24]).
Ibid.
[25]).
Ibid.
[26]).
Ibid.
[28]).
Ibid.,
hlm. 78.
[29]).
Ibid.,
hlm. 79.
[30]).
Ibid.,
hlm. 80.
[31]).
Ibid.
[32]).
Ibid.,
hlm. 81.
[33]).
Ibid.,
hlm. 82.
[34]).
Ibid.,
hlm. 84.
[35]).
Ibid.,
hlm. 85.
[36]).
Ibid.,
hlm. 86.
[38]).
Ibid.,
hlm. 87.
[39]).
Ibid.
[40]).
Ibid.
[41]).
Ibid.,
hlm. 88.
[42]).
Ibid.,
hlm. 89.
No comments:
Post a Comment