Mungkin
kita bertanya-tanya dengan pernyataan (judul) diatas. Benarkah pernyataan
diatas? atau hanya judul untuk mencari sensasi saja? Atau mungkin pernyataan
yang tidak bisa dipertanggung-jawabkan? Baiklah, untuk memperkuat pernyataan
diatas, ada sebuah hadist dari Nabi Muhammad SAW,
( أصل جميع الخطايا حب الدنيا وأصل جميع الفتن منع العشر و الزكاة)Artinya: “Sumber dari segala kejahatan adalah cinta dunia dan sumber dari segala fitnah-fitnah adalah mencegah 1/10 dan Zakat”. (lihat kitab Nasha’ihul Ibad).
Maksud dari Sumber dari segala kejahatan adalah cinta
dunia menurut Imam Nawawie Al-Bantani adalah terlalu berlebihan dalam
memenuhi keinginannya. Ini sering kita saksikan, betapa orang-orang yang terlalu
cinta dunia, rela mati untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, menghalalkan
berbagai macam cara demi tercapainya keinginan. Sehingga ia lupa akan tugasnya
sebagai seorang hamba, bahwa hamba memiliki kewajiban yang harus dilaksanakan
dan juga larangan yang harus dihindari. Adalah tugas kita bersama menunjukan
dan mengingatkan saudara-saudara kita yang lupa dari kebenaran.
Saudaraku,
mari latih diri kita dari terjerumus kedalam tipu daya dan kenikmatan dunia.
Telah banyak korban yang telah berjatuhan oleh tipu dayanya. Memang salah satu
hal berat bagi kita adalah meninggalkan dunia dan segala kenikmatan yang
menghiasinya. Imam Ad-Dailami pernah meriwayatkan sebuah hadist:
( ترك الدنيا أمرّ من الصبر وأشدّ من حطم السيوف في سبيل الله ولا يتركها أحد إلاّ أعطاه الله مثل ما يعطي الشهداءَ, وتركها قلّة الأَكل والشبعِ وبغض الثناء من الناس فإنّه من أحبّ الثناء من الناس أحبّ الدنيا ونعيمها, ومن سرّه النعيم كلّ النعيم فليدع الدنيا والثناء من الناس )Artinya: “meninggalkan harta dunia lebih pahit dari pada bersabar dan lebih pedih daripada goresan pedang dijalan Allah, tak seorangpun yang meninggalkannya melainkan Allah memberikan pahala kepadanya sebagaimana balasan yang Allah berikan kepada para syuhada’ (orang yang mati karena membela agama-Nya). Adapun meninggalkan dunia adalah dengan menyedikitkan makan dan kekenyangan, dan tidak senang terhadap pujian dari manusia. Bahwasanya seseorang yang senang terhadap pujian dari sesama manusia berarti ia telah cinta dunia dan segala kenikmatanya, dan siapapun yang merasa bahagia dengan semua kenikmatannya maka, seyogyanya ia bergegas meninggalkan keduanya”.
Dari hadist diatas terselip
pelajaran penting yang bisa kita ambil sekaligus kita jadikan sebagai sarana
untuk meraih Ridha Allah SWT. Terlebih lagi, agar kecintaan pada dunia
tidak sampai mendarah daging dalam hati kita. Disini kita diberi aba-aba
sederhana oleh baginda nabi.
Pertama, menyedikitkan makan dan kekenyangan. Ketahuilah, bahwa sedikit makan
adalah salah satu kebiasaan orang-orang sufi. Sesungguhnya pakaian kesufian itu
bisa melahirkan kesenangan bertafakkur didalam hati. Dan dari Tafakkur itulah
bisa mendatangkan hikmah, sedangkan tempat beredarnya hikmah itu sendiri
diperedaran darah. Maka, orang yang banyak ber-tafakkur berarti ia sedikit
makan, begitu pula sebaliknya. Orang yang sedikit Tafakkurnya maka, ia banyak
makannya. Siapa yang banyak makannya maka, keras hatinya. Jika keras hatinya
maka ia jauh dari tuhannya, jauh dari surganya dan dekat dengan nerakanya.
Kedua, tidak senang dengan pujian sesama manusia. Orang yang senang akan
pujian sesama manusia maka ia telah dibutakan dari jalan kebenaran serta ia
dibuatnya tuli dari mendengarkan sesuatu yang benar. Lalu ia akan dibuatnya
lupa akan kesalahannya sendiri. Na’udzubillah.
Kesimpulan
Kita adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah
untuk menjadi khalifah di bumi-Nya, dan juga kita tidak diciptakan melainkan
untuk beribadah kepada-Nya. Oleh karenanya hubbu dunya tidak pantas
bersarang dalam hati kita. Karena hubbu dunya akan menyibukan kita dari
tujuan yang sebenarnya, yaitu menegakkan hukum-hukum-Nya di muka bumi dan
beribadah kepada-Nya.
No comments:
Post a Comment