Rela Pada
Ketentuan Allah
Biarkanlah hari-hari berbuat semaunya
Berlapang dada-lah jika takdir menimpa
Jangan berkeluh-kesah atas musibah di malam hari
Tiada musibah yang kekal di muka bumi
Jadilah laki-laki tegar dalam menghadapi tragedi
Berlakulah pema’af selalu menepati janji
Jika banyak aibmu di mata manusia
Sedang engkau berharap menutupinya
Bersembunyilah engkau di balik derma
Dengan derma aibmu tertutup semua
Jangan pernah terlihat lemah di depan musuhmu
Sungguh malapetaka jika musuh menertawaimu
Jangan berharap dari orang kikir kemurahan
Di neraka tiada air bagi orang yang kehausan
Rizkimu tidak berkurang karena kerja wajar perlahan
Berlelah-lelah tidak menambah rizki seseorang
Tiada kesedihan yang kekal tidak pula kebahagiaan
Tiada kesulitan yang abadi tidak pula kemudahan
Jika engkau berhati puas dan mudah menerima
Sungguh, antara engkau dan raja dunia tiada beda
Barangsiapa kematian datang menjemputnya
Langit dan bumi tak kan mampu melindunginya
Bumi Allah begitu lapang luas membentang
Namun seakan sempit kala ajal menjelang
Biarkanlah hari-hari ingkar janji setiap saat
Kematian tak mungkin dicegah dengan oba
Syair Imam Syafi’i
tersebut merupakan ekpresi beliau ketika memperhatikan pergolakan politik yang
waktu itu tampuk kepemimpinan masih dinahkodai oleh Khalifah Al-makmun (198
Hijriah). Akibatnya,
banyak ulama yang masuk penjara, dikarenakan mu'tazilah melakukan pemaksaan kepada mereka yang enggan mengatakan al-Qur’an
sebagai makhluk sebagaimana anggapan kaum mu’tazilah. Salah satu di antara imam yang dipenjara tersebut adalah
Imam Ahmad bin Hanbal (imam Hambali). Karena perubahan itulah, Imam Syafi‘i kemudian
memutuskan pergi ke Mesir. Sebenarnya hati kecilnya menolak pergi ke sana,
tetapi akhirnya ia menyerahkan dirinya kepada kehendak Allah. Di Mesir, beliau
mendapat sambutan masyarakatnya.
No comments:
Post a Comment