“…Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menunjukan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS 65:2-3).
Berdasarkan ayat di
atas, menjadi jelas bahwa apapun yang terjadi di setiap detik, menit, jam dan
di setiap waktunya tidak ada yang kebetulan. Setidaknya ayat tersebut telah
mewakili terhadap keyakinan seseorang yang beranggapan bahwa kejadian yang
tiba-tiba terjadi itu hanyalah bersifat kebetulan. Bahkan sebuah kebetulan yang
amat kebetulan tetap saja merupakan sebuah rencana Tuhan yang tidak pernah
meleset.
Jangan mengatakan
“ini hanyalah kebetulan”
Beragam kejadian
yang kita dilewati, pagi, siang, malam, selalu menyimpan misteri, ada
tujuannya, ada maksudnya. Jika kita peka, akan disadari bahwa apa yang kita
anggap kebetulan adalah bentuk kasih sayang dan kuasa Allah saat manusia merasa
dirinya tak mampu. Maka berhentilah mengatakan “ini hanyalah kebetulan”.
Penyataan kalimat, “ini
hanyalah kebetulan” memiliki indikasi yang sangat fatal jika hal ini terus-terusan
mengakar dalam hati seseorang. Pasalnya, kalau sebuah kejadian ada yang
bersifat kebetulan berarti kejadian itu terlepas dari pengawasan Allah SWT. Padahal
kita tahu, bahwa segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi tidak pernah
lepas dari pengawasan Allah SWT.
Yang akan
terjadi telah terjadwalkan
Sadarilah! Yang akan
terjadi di kemudian hari semuanya berada dalam rencana Allah SWT dan telah terjadwalkan
sebelumnya. Seseorang yang mengetahui kebenaran sebuah kejadian, ia akan lebih
mengindahkan hal apapun yang ia jalani dan berkah yang terdapat di balik hal
itu. Banyak orang tidak memikirkan bagaimana mereka tercipta ataupun mengapa
mereka diciptakan. Apakah kalian ada dengan sendirinya? Bukankah ibu-bapak
kalian sebelumnya Allah pertemukan, lalu mereka mengikatnya dengan sebuah
perkawinan? Yang kemudian berpikir untuk meneruskan mata rantai keturunan? Masihkah
kalian mengira kejidian, fenomena, dan keajaiban alam yang ditampakkan alam
semesta, lepas dari dzat penciptanya? Saya rasa tidak.

No comments:
Post a Comment